DetiktipikornesiaNews.com BATAM -Menindak lanjuti berita sebelumnya,genaplah sudah dua tahun yang lalu kalau diskotik Newton grup PELANET telah memakan korban seorang wanita di VIP lantai lima yang telah meninggal dunia akibat operdosis mengkomsumsi jenis obat exstasi yang begitu bebasnya tampa ada tersentuh dengan pihak penegak hukum di jajaran polda kepri?.
Bertahun-tahun diskotik pelanet mengembangkan sayapnya di kota Batam ,Patut diduga sudah menjadi ATM bagi oknum-oknum yang mempunyai kepentingan di sebuah diskotik pemilik salah satu pengusaha ternama di Kota Batam ini.Dimana Peredaran narkoba di kota Batam setiap tahunya selalau meningkat terus,hingga pihak BNN Pusat menargetkan pemberantasan Peredaran Narkoba hanya sarimonial saja khusnya di Provinsi Kepri.
Sungguh di sayangkan Bila peredaran Narkoba di dalam sebuah diskotik Pelanet Grup tidak pernah tersentuh Hukum sama sekali walaupun Cukup Banyak yang menjadi Korban di dalam diskotik Tersebut.kalau terus menerus masalah ini tidak menutup kemungkinan akan ada lagi korban yang akan menyusul di dalam diskotik tersebut .sangatlah menghawatirkan,Bahkan Provinsi Kepri baru-baru ini di hebohkan nya di sebuah ruko di tanjungpinang di temukan Bandar Narkoba jenis sabu dan exstasi untuk di pasarkan di tempat-tempat dunia malam.
Walaupun pemberitaan ini bertubi-tubi di terbitkan oleh media Online di Kota Batam,sepertinya pengusaha Hengki alias Hendra cs,menganggap pemberitaan di media hanyalah sentilan-sentilan kecil yang tiada arti baginya dimana pemilik disktik pelanet grup tersebut patut diduga sudah mengakomodir oknum yang punya kepentingan dengan kedok meningkatkan dunia wisata di kota Batam.
Ketika mencuatnya kasus Curhatan tereksekusi mati, Freddy Budiman soal “uang setoran” miliaran rupiah pada oknum BNN dan petinggi Polri menuai kritikan seperti yang dilamsir oleh media transformasinews.com.
Banyak pihak berharap kebenaran informasi yang ditulis oleh Koordinator KontraS, Haris Azhar itu bisa diselidiki kebenarannya dan diungkap ke publik.
Namun yang juga disayangkan ialah dalam viral yang beredar soal curhatan Freddy, tidak dituliskan identitas dari oknum yang menerima setoran.
Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar menuturkan ada petunjuk menarik yang bisa segera ditindaklanjuti.
“Gini itu kan pengakuan Freddy ke Haris ya. Itu ada clue (petunjuk) yang bisa ditangkap. Dan ini bisa ditelusuri,” ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (30/7/2016).
Abdul Fickar menjelaskan petunjuk itu yakni dimana menurut keterangan Kalapas kala itu, ada pihak BNN yang mendatangi Kalapas dan bertanya mengapa di sel Freddy dipasang dua CCTV.
“Soal petugas BNN yang datang ke Nusakambangan dan bertemu Kalapas saat itu menanyakan kenapa dipasang CCTV di sel Freddy. Itu kan mudah melacaknya, tanya ke Kalapas saat itu, siapa orang BNN itu,” ujarnya.
Abdul Fickar menambahkan informasi itu adalah informasi yang sangat bagus dan menarik.
Sehingga langkah yang segera dilakukan yakni baik Polri maupun BNN menelusuri dari adanya orang BNN yang sering bolak balik ke lapas Nusakambangan.
Setoran fantastis Rp 450 miliar
Kesaksian mengejutkan datang dari Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.
Ia mengaku sempat bertemu dengan gembong narkoba Freddy Budiman di Lapas Nusakambangan tahun 2014 silam, jauh sebelum eksekusi dilakukan.
Saat pertemuan tersebut Freddy menceritakan banyak hal, salah satu yang membuat terkejut adalah adanya setoran uang Rp 450 miliar ke pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pejabat di Mabes Polri sebesar Rp 90 miliar.
Haris Azhar yang dikonfirmasi soal ini juga membenarkan bahwa Freddy sempat bercerita kepada dirinya soal hal tersebut.
“Benar Freddy bercerita kepada saya mengenai hal tersebut,” kata Haris.
“Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyelundupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 miliar ke BNN,” ujar Freddy kepada Haris saat itu.
“Saya sudah kasih 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri.” ujar Freddy.
Kesaksian Haris Azhar mengenai Freddy Budiman sempat membuat heboh jejaring sosial.
Di situ diceritakan pula bahwa Haris bertemu dengan John Refra alias John Kei, juga Freddy Budiman, terpidana mati kasus Narkoba.
Kemudian Haris juga sempat bertemu Rodrigo Gularte, narapidana WN Brasil yang dieksekusi pada gelombang kedua (April 2015).
Kepala Lapas Nusakambangan Sitinjak saat itu juga memberikan kesempatan kepada Haris untuk bisa berbicara kepada Freddy Budiman.
Menurut Haris Sitinjak sangat tegas dan disiplin dalam mengelola penjara.
Bersama stafnya lanjut Haris, Sitinjak melakukan sweeping dan pemantauan terhadap penjara dan narapidana.
Sitinjak hampir setiap hari memerintahkan jajarannya melakukan sweeping kepemilikan handphone dan senjata tajam.
Bahkan ia melihat sendiri hasil sweeping tersebut ditemukan banyak sekali handphone dan sejumlah senjata tajam.
Tetapi malang, nasib Sitinjak kemudian berubah di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy Budiman.
Sitinjak pernah bercerita beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusakambangan agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy Budiman tersebut.
“Saya menganggap ini aneh, hingga muncul pertanyaan, kenapa pihak BNN berkeberatan adanya kamera yang mengawasi Freddy Budiman? Bukankah status Freddy Budiman sebagai penjahat kelas “kakap” justru harus diawasi secara ketat? Pertanyaan saya ini terjawab oleh cerita dan kesaksian Freddy Budiman sendiri,”ujar Haris.Freddy juga mengaku pernah menggunakan fasilitas mobil TNI seorang jenderal bintang dua.
Kala itu sang jenderal duduk di samping dirinya ketika saat perjalanan dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. “Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun,” kata Freddy.
Menurut keterangan yang di himpun oleh awak media ini dilapangan sebut saja lilik menjelaskan kepada mediatrias.com sudah sering sekali mas orang OD di diskotik newton,Pelanet dan tiga tapi mengapa para penegak hukum masih tidak melakukan tindakan tegas terhadap pemilik diskotik ya.
Kalau saya masuk kedalam diskotik mas,bisa saja setiap malam tetapi saya masuk kedalam diskotik bukan untuk on atau menekan obat yang mematikan itu.saya hanya melakukan investigasi kedalam berdasarkan intruksi ketua Umum saya dari Lembaga DPP NGO KAT dan HAM (Komite Anti Tarfficking dan Hak Azasi Manusia).
Karena hasil investigasi saya dilapangan cukup serius para pengunjung diskotik newton yang menggunakan narkoba di dalam,Bahkan anak-anak dibawah umur juga bertaburan menikmati alunan musik yang membuat banyak orang sampai melayang-layang saya lihat.
Masih kata Lili sekarang ini negara kita sudah di hebohkan dengan Bandar sabu yang akan di hukum mati dimana ada ucapan tokoh aktifis Kontras yang menyinggung oknum aparat terhadap peredaran narkoba .Bila persoalan ini dibiarkan terus menerus,maka kita sebagai generasi bangsa indonesia khusnya yang tinggal di kota batam akan banyak yang menjadi hancur akibat kecanduan narkoba yang begitu mudahnya di dapat di dalam diskotik Newton. “masihkah penegak hukum diam ungkapnya”
Padahal mas, pemerintah pusat beberapa bulan yang lalau cukup serius melakukan pemberantasan terhadap Narkoba.sampai-sampai para pengedar narkoba di berikan hukumann mati”.tetapi kok dibatam malah berkeliaran begitu mudahnya para bandar mengedarkan narkoba di dalam diskotik newton.”
Tetapi kok kita lihat sepertinya penegak hukum di lingkungan BNN Keperi dan jajaran Dit narkoba polda kepri sudah tutup mata terhadap peredaran narkoba yang dilakukan oleh bandar -bandar di dalam diskotik newton dan planet grup,melik salah satu pengusaha terkenal di kota Batam tersebut.
inilah yang menjadi pertanyaan kita selama ini,dengan begitu mudah dan bebasnya para bandar narkoba membuat para penegak hukum menjadi mati suri jelasnya.(*)